Terawih Atau Terkasih?
Orang
bilang Ramadhan adalah bulan penuh rahmat yang di damba-damba kan oleh banyak
orang. Tak terkecuali aku. Entah kenapa aku selalu bahagia bila Ramadhan tiba.
Bukan hanya karena kebaikannya dilipat gandakan, tetapi ada satu yang amat aku
rindukan, bertemu dengan seseorang yang aku kagumi. Tidak, Ia bukan seorang
selebritis, ia juga bukan seorang pangeran yang turun dari kuda putihnya atau
sedan putih. Ia adalah laki-laki sederhana yang entah mengapa setiap menatapnya
aku selalu merasakan getaran aneh di dadaku. Ia tak tampan, ia juga tak ramah.
Bahkan terkesan cuek. Tapi kesan itulah yang membuat aku semakin mengaguminya.
Walapun hanya sebagai ‘Pengagum
Rahasia’.
***
“Kinaal .. Kinaaall ..”
Teriakan di sore pertama Ramadhan itu membangunkan sang empu nama. Gadis yang
diketahui bernama Kinal itu segera terbangun. Ia mengikat rambutnya dengan acak.
Lalu berlari kearah sumber suara.
“Ada apa?” Tanyanya
polos saat ia menemukan bahwa teman temannya lah yang memanggilnya.
“Ayo ngaji. Jangan
lelet!” Jawab satu gadis diantara mereka, Syabil.
“oh iyah, tunggu ya!”
Setelah memastikan bahwa teman temannya tak akan meninggalkannya, ia berlalu
masuk rumahnya. Dan bergegas mengganti pakaiannya.
--
“Kinal, kamu kenapa
bengong terus?” Tanya pria paruh baya yang melihat muridnya tengah melamun, ia
Ustadz Rasyid.
“Laper ya Nal? Tenang
adzan sejam lagi ko HAHA” canda seorang laki laki yang duduk bersebelahan
dengan Davin, Danu.
Gelak tawa sontak terdengar saat Danu bercua seperti itu.
Pipi Kinal memerah, apa lagi saat ia melihat Davin ikut tertawa puas. Rasanya
ia ingin mendorong Danu ke neraka Jahanam, agar ia tak lagi mengganggunya lagi.
Tuhan kuat akuu. Jeritnya dalam hati.
***
“PING!”
Bahagia
rasanya saat seseorang yang kita suka memulai chatting dengan kita. Dan itulah
yang kini Kinal rasakan. Ia bahagia bukan main, saat melihat Davin yang memulai
chatting. Biasanya Ialah yang selalu memulai obrolan itu, menanyakan hal hal
tentang pelajaran sampai hal hal yang tak penting. Tapi tunggu, ia tak boleh
keGeeRan. Ia harus jaim.
“ada apa ya ka?”
jawabnya. Terkesan cuek memang, padahal hatinya kini tengah di tabuh-tabuh.
Merasakan keindahan cinta yang bekerja pada dirinya.
“enggak, hehe pengen
chattingan aja sama kinal” Send …
“udah beberapa hari ini
kamu gak chatt aku. Kenapa?” tambahnya
“Hehe kirain ada apa.
Iyah ka, ini lagi sibuk-sibuknya mau UN -_-“ balasnya. Bohong memang, tapi mana
mungkin ia mengungkapkan yang sejujurnya kalau alasannya adalah ingin mengetes
apakah Davin akan mencarinya jika tak ia hubungi?
“Ciee yang mau masuk
universitas. Semangat Kinaal!! ^-^” kata-kata sederhana itu mampu membuat
jantung Kinal semakin berpacu. 2kali bahkan 3 kali lipat dari sebelumnya.
Semenjak kejadian itu, Davin dan Kinal semakin dekat. Ia
rasa, Davin benar-benar menyukainya. Dan yang pasti, cintanya tak bertepuk
sebelah tangan.
***
Seperti biasa, Kinal selalu terawih di lantai atas
masjid. Karena disana ia bisa melihat orang orang yang ikut melakukan terawih.
Dan kebiasaannya adalah ini, berdiri diatas sana dan menatap pada satu titik.
Pandangan itu tertuju pada laki-laki yang tengah tadarrus. Laki-laki yang ia
kagumi, Davin.
“Ngapain Nal? Liatin ka
Davin?” Tanya Keysha yang datang secara tiba-tiba
“e..ehh e.enggak ko.
Aku liat pak Ustadt tuh” jawabnya gugup
“Jangan bohong. Kamu
gak akan bisa bohong sama aku. Waktu yang mengajarkannya sama aku. Memahami
kamu dari titik atas sampai titik terbawah sekalipun. Kalau kamu emang beneran
suka sama ka Davin, kejar. Aku yakin, ka Davin juga suka sama kamu.”
“Kamu emang sahabat aku
Key, apa yang kamu bilang semuanya bener. Dan Cuma sama kamu aku gak bisa
bohong” usai mengatakan itu, ia memeluk Keysha erat. Sangat erat.
***
Tak terasa Ramadhan tahun ini telah usai, kini Kinal
berdiri di depan rumahnya menunggu sang Bunda dan sang Kakak untuk pergi ke
masjid bersama. Iyah, karena ini Hari Idul Fitri. Ia yang bosan akhirnya mengalihkan
pandangannya ke samping. Dan, hap. Matanya menangkap seseorang yang tengah
berdiri 10 kaki dari tempat nya berdiri. Dengan baju Koko putih agak kebesaran,
dan peci hitam yang selalu melekat di kepalanya itu menambah kesan tampan yang
tergambar pada dirinya. Dan yang terakhir, senyum itu. Senyum yang selalu
membuat Kinal merasa seperti melayang diatas awan.
“Kinaall… sandal kaka
dimana?” teriakan dari sang kaka mambuat Kinal tersadar, ia berbalik dan
menghampiri sang kaka. Dengan langkah secepat kilat ia segera kembali, ia tak
menemukan Davin di tempat tadi. Ia mencari-cari laki-laki itu tapi sayang, ia
tak menemukannya. Deheman di belakangnya membuat ia tersadar. Ia berbalik dan terlonjat
saat ia tahu orang di belakangnya adalah orang yang tengah ia cari. Jarak yang
cukup dekat membuat ia tak mampu berkata apapun. Ia hanya terdiam di tempatnya,
menatap indahnya ciptaan Tuhan di hadapannya ini.
“cari siapa heum?”
pertanyaan itu membuatnya tersadar. Kedua kalinya ia harus terlihat bodoh di
depan Davin.
“e..eh..itu..euh..apa
ya?” jawabnya gugup. Jujur, ia tak bisa menyembunyikan rasa gugupnya ini. Ia
terlalu kalap.
“Hahah kamu itu lucu
yah Nal, ayoo. Mau ke Masjid bareng enggak? Udah siang”
“eh ayoo” kali ini ia
benar-benar tak bisa mengatur detak jantungnya. Bukan hanya 2 kali, 3 kali. Tapi mungkin 10 kali
lebih cepat. Tawa canda semakin terdengar diantara mereka, seakan-akan mereka
benar-benar merasakan yang namanya cinta. Kinal benar-benar merasa bahagia.
Ramadhan tahun ini tak akan ia lupakan, sedetik kejadian pun. Oh Tuhan, jika
rasa ini benar, tolong hentikan waktu ini
***
Ramadhan telah berlalu beberapa bulan lalu, tapi
hubungannya dengan Davin tak seperti bulan Ramadhan yang berlalu. Kini hari
minggu, seusai shalat dzuhur, Kinal tengah berbaring dan membuka akun sosial media
miliknya. Saat tengah membaca-baca, ia terperangah kala melihat Davin yang
tengah berbincang mesra dengan seorang wanita. Ia yang penasaran kemudian
membuka akun sang wanita, dan ternyata wanita tersebut adalah kaka kelasnya
semasa SMA. Dan yang membuat Kinal semakin terperangah adalah status yang
mereka sebutkan ‘P.A.C.A.R.A.N’.
“Ini gak boleh, rasa
ini gak boleh ada Nal. Rasa ini salah. Kamu gak boleh suka sama pacar orang
Nal, gak boleh” rutuknya pada dirinya sendiri di depan kaca. Ia terjatuh, dan
menangis. “Kenapa kaka bawa aku terbang tinggi kalau akhirnya kaka jatuhin aku sedalam-dalamnya.
Untuk apa?”
Satu tahun telah berlalu, Ramadhan kini telah
menyongsong. Rupanya Kinal benar-benar telah melupakan Davin. Semenjak kejadian
kala itu ia tak pernah mau bertemu dengan Davin. Karena ia percaya jika ia
bertemu dengan Davin apa yang ia lakukan akan sia-sia. Tak ada semangat seperti
tahun lalu. Tak ada semangat puasa dari Davin yang selalu ia tunggu. Dan Tak
ada Davin yang ingin ia temui saat terawih. Ia tersenyum getir melihat
diarynya. Diary yang telah lama tak ia buka. Diary yang penuh dengan
kebahagiaannya di Ramadhan tahun lalu bersama, Davin. Davin? Apa kabar
dengannya? Bayangan tawa saat saat bersama dengan Davin memutar diotaknya.
Sekali lagi ia tersenyum getir, ia menghempaskan diary yang ia pegang tepat
pada tempat sampah. Ia tersenyum lalu beringsut membawa mukenanya. Adzan telah
memanggilnya untuk segera menyelesaikan kewajibannya.
“Kinal duh kemana aja?
Ayo ke atas terawehan diatas!” Ajak Fina yang baru turun dari lantai atas. Kinal
menatap tangga yang menuju ke lantai atas, kemudian tatapannya beralih kepada
teman-temannya. Perlahan ia menggeleng, dan bercuap
“enggak, aku terawih di
bawah aja. Aku duluan ya!” setelah berujar seperti itu, ia melangkahkan kakinya
meninggalkan teman-temannya. Mereka yang ditinggalkan hanya heran melihat
tingkah Kinal yang semakin aneh.
Suatu hari di bulan Ramadhan mereka mengadakan buka
bersama, kali ini rumah Shilla lah yang menjadi targetnya. Kinal datang bersama
Keysha, karena kebetulan rumah mereka satu arah. Di tengah perjalanan, Keysha
menghentikan langkah Kinal. Ia menatap Kinal dengan tatapan tajam.
“Kenapa? Ayo lanjut,
kan masih jauh”
“Aku yang harusnya
nanya, kamu kenapa? Kenapa kesannya kamu kaya yang ngejauh dari kita? Heum
kenapa?” Kinal yang mendapat pertanyaan seperti itu hanya tersenyum.
“Aku gak apa-apa Key.
Kamu tenang aja.”
“Bohong! Ada masalah
apa kamu sama ka Davin?” SKAKMAT! Ia tak bisa berbohong lagi apalagi kini
Keysha mencengkram bahu Kinal dengan kuat
“oke, aku bakal
ceritain. Jadi gini, blablabla” Kinal menceritakan semuanya, tak ada yang ia
lupakan satu kejadian pun. “Tapi kamu tenang aja Key, aku udah lupain dia kok.”
“bener kamu udah Move
On? Kalo gitu, coba liat sana. Sebelum kamu liat, kamu harus janji kamu gak
akan nangis, kamu gak akan balik lagi ke rumah.” Kinal mengangguk, setelah itu,
ia mulai mengikuti arah tangan yang Keysha. Tangan itu tertuju pada sepasang
manusia. Dia Davin. Tapi dengan siapa dia?
“ka Davin sama Ayu.
Gadis pindahan dari Jakarta. Aku kenal sama dia soalnya dia ikut ngaji di
tempat kita. Dan katanya sih, mereka pacaran.” Seolah tahu apa yang Kinal
fikirkan, Keysha menjawabnya dengan jelas. Kinal menatap Keysha, tatapan yang
seolah meminta untuk menjadi penopangnya. Tangisnya pecah saat tangan itu mulai
membawanya kedalam dekapannya. Dekapan yang selalu membantunya kala ia merasa
butuh penopang.
“ternyata aku salah
Key. Aku fikir rasa itu kan menghilang seiring berjalannya waktu. Tapi ternyata
aku salah. Rasa itu tetap ada. Bahkan semakin sakit.”
***
“Kinal, tunggu!” suara
itu, Kinal sangat hafal suara itu, itu suara Davin. Tetapi bukannya berhenti,
ia malah semakin mempercepat langkahnya. Namun sayang, langkah kakinya kalah
cepat dengan langkah kaki Davin. Davin dengan cepat menahan tangannya, sehingga
Kinal tak bisa lagi berkutik. “Kenapa? Kenapa kamu berubah Nal? Apa salah aku sama
kamu?”
“kaka gak salah, rasa
ini yang salah” setelah berkata seperti itu, ia tersenyum dan melepaskan tangan
Davin yang mencengkramnya.
“Kalau rasa kamu salah
berarti rasa aku lebih salah. Tolong jangan pergi. Aku tahu semuanya. Semua
tentang kamu, dan semua tentang rasa kamu. Maaf Aku gak bisa memilih kamu dan Ayu,
Nal. Aku ingin kalian berdua. Bukan Cuma kamu, atau bukan Cuma dia” ucapnya
tegas. Kini bukan satu tangan yang Davin pegang tetapi kedua tangan Kinal ia
pegang. Ia menatap mata Kinal, dengan tatapan memohonnya.
“Kalau kaka ingin kaya
gitu, berarti kaka egois. Kaka gak bisa milikin dua-duanya. Aku gak pernah
minta kaka untuk memilih, karena aku tahu diri ka, dan aku mundur. Aku gak akan
pergi dan menghapus rasa ini untuk kaka. Karena setelah aku coba, aku gak bisa
menghapus rasa itu. This feeling is not true, is not supposed to be there and I
felt so bad, it worse. Dan sekarang, dengan sisa rasa yang aku punya untuk kaka
aku gak berharap menjadi seseorang istimewa di hati kaka. Biarkan tetap seperti
ini. Aku akan tetap menjadi ‘Pengagum
Rahasia’ kaka.” Kinal tersenyum, senyum terbaiknya ia berikan untuk Davin. Ia
melepaskan lengan Davin dari lengannya, dan kemudian ia menepuk bahu Davin dan
berkata :
“Jaga Ayu baik-baik ka.
Jangan pernah sia-siakan orang yang tulus sayang sama kaka” setelah berucap
seperti itu Kinal pergi. Ia rasa ini yang terbaik, tak ada yang tersakiti.
Komentar
Posting Komentar