Repetisi - Cerpen tema Ramadhan


pict from Pinterest
Dulu, jika Ramadhan datang, ia paling semangat. Karena saat itu lah saat dimana ia bisa melihat sosoknya, masuk mesjid dengan peci dan koko kebanggaannya. Dulu, setiap hari selama ramadhan, ia melihat punggung tegap itu. Tepat saat adzan berkumandang, sosok itu akan datang melewati pintu di sebelah kanannya. Dan yang bisa ia lakukan hanya tersenyum dalam hati dan mencari sosoknya ketika selesai salat.

Di tahun berikutnya, sosok itu mulai menghilang. Hanya beberapa hari dalam seminggu, entah karena apa. Apa mungkin karena ia telah menjadi anak SMA yang sibuk?

Tahun berikut berikutnya, sosok itu hanya muncul beberapa kali selama sebulan. Ia mulai sangat merindukan punggung tegapnya, caranya tersenyum, dan semua hal tentangnya. Dan yang bisa ia lakukan adalah mengenangnya, berharap memori tentangnya masih bisa ia ingat.

Tahun berikut berikutnya lagi, ia hanya datang setiap akhir pekan. Sosoknya tetap sama, hanya saja ia tambah dewasa, dan koko itu, tak lagi bertengger manis dibadan tegapnya. Digantikan dengan kaos lengan pendek.

Sudah berapa ramadhan ia seperti ini? Menunggu ramadhan agar hanya bisa menjumpai sosoknya, yang bahkan tak pernah tahu sedang di perhatikan. Setiap tak ia temui sosoknya, ia akan berpikir, kalau Ramadhan terlalu suci jika ia isi hanya dengan pengharapan bisa menjumpainya. Lelaki itu, tak boleh merusak ramadhannya, tak boleh merusak terawihnya, dan tak boleh merusak kedekatannya dengan Ia.

Baik, dimulai hari itu, ia tak lagi berdiri di shaf paling depan. Tujuannya harus benar sekarang, tujuannya berjumpa Ramadhan, hanya agar ia bisa lebih dekat dengan Sang Khalik, bukan dengannya.

Remember your means, is just for Allah.

Kalimat itu seperti sebuah mantra yang akan terus ia rapalkan ketika sosoknya datang memasuki pintu masjid. Dan jantungnya, tak bisa diajak bekerja sama.

Dan hari itu, setelah beberapa ramadhan ia rapalkan kalimat itu, dan di hari terakhir salat terawih, sosok itu muncul pertama kali di ramadhan tahun itu,  dengan peci dan koko putih, wajahnya bersinar penuh karisma kedewasaan dan ketegasan. Kembali, ia tundukan pandangan dan mulai merapalkan istighfar. Memohon kepada-Nya agar dilindungi dari cinta yang salah.

Setelah salat dan bermusafahah, ia melenggang keluar. Namun yang tak ia sangka adalah sosoknya yang tengah berdiri di luar masjid dengan senyum diwajahnya, mungkin menunggu ibunya pikir ia. Dengan gugup, ia tersenyum rengkuh dan mulai melangkah melewatinya, namun sosok itu mengikutinya. Boleh kita bicara sebentar? Katanya dengan suara baritonnya. Apa jangan jangan ia tahu bahwa selama ini ia diam diam memperhatikannya? Oh tidak

Tertanya malam itu, sosoknya datang ke rumah menyampaikan maksudnya untuk meminang ia. Setelah malam itu, ia sadar satu hal. His plan is always better than any plan who his prepared. 



Yang ingin ku sampaikan adalah, kejar Penciptanya, sebelum ciptaan-Nya :)

Komentar

Postingan Populer